Apa yang anda cari,,,,???

4. Pengertian-pengertian


4.1 Sifat-sifat Tuhan
Tuhan itu menurut pengertian Perjalanan Tri Luhur ada, sebab apa ? sebab
dengan membuktikan dan mengalami sehari-hari melalui kekuasaanNya dapat
kita lihat dengan mata kepala terbuka dan riil .... bahwa dunia dan se isinya
CiptaanNya dan telah diaturNya dengan kekuasaanNya, hukum kodratnya
misalnya berputarnya dunia, hidup dan matinya manusia, tenaga-tenaga lainnya
dialam semesta yaitu tumbuh, berbuah, mati dari binatang dan tumbuhtumbuhan.
Dengan kenyataan ini siapakah yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada !
Dan dengan adanya kekuasaan berarti ada yang berkuasa siapakah yang
mengatur dan berkuasa tidak lain Tuhan Yang Maha Agung dalam pengertian
Tri Luhur disebut Tuhan Yang Maha Suci. Maha artinya tidak ada yang
menandingi / menyaingi yang berarti manusia sekedar melaksanakan
perintahNya, tidak dapat menentukan, sekedar pinjam alat-alat ciptaanNya
termasuk dirinya sendiri dan dunia seisinya.
Apabila tiba waktunya segala segala alat-alat itu harus dikembalikan kepada
sipencipta dan sipemilik yaitu Tuhan Yang Maha Suci. Karena itulah tujuan
Perjalanan Tri Luhur menggulawentah lahir dan batin agar dapat kembali pada
asalnya / sumbernya yaitu Tuhan Yang Maha Suci. Untuk itu warga diharuskan
melaksanakan perintah-perintah Tuhan (janji 7).
Setelah Tuhan ada, apakah Tuhan itu berwujud ?
Tuhan itu gaib sehingga tak berwujud dan tak bersifat, sebab kekuasaanNya
pun tak bersifat pula, tetapi ada. Apabila Tuhan itu bersifat bukanlah Tuhan
Yang Maha Suci, karena kehalusanNya, KesucianNya dan abstrak (gaib) maka
tak dapat digambarkan wujudnya. Sebab apa ? sebab hidup kitapun tak dapat
dilihat. Semua gerakan-gerakan, tingkah laku semua itu adalah akibat ada
hidupnya. Jadi hidup itu abstrak, sedang sumber hidup adalah Tuhan Yang Maha Suci, karena itulah maka akibat hidup itu gaib sedang pencipta hidup
Tuhan Yang Maha Suci.
Yakinlah kita bahwa Tuhan Yang Maha Sucipun gaib / abstrak dan tak
berwujud. Dan untuk mengenal semua kegaiban itu, manusia haruslah mengudi
/ mempelajari / melaksanakan tugas-tugas kesucian. Disamping itu ada pula
Tuhan yang bersifat yang asalnya dari ciptaan Tuhan Yang Maha Suci, akan
tetapi bukanlah sesembahan kita melainkan sama-sama dengan kita sebagai
umat Tuhan Yang Maha Suci dan sifat-sifat inipun tak dapat kita gambargambarkan.

4.2 Sifat-sifat Manusia
Sifat manusia dapat berkembang dan merosot, dapat dilihat dari
kebudayaannya, sebagai hasil kerja dorongan manusia sebagai pribadi dan
masyarakat untuk kemajuan-kemajuan umat manusia.
Dari sejarah perkembangan-perkembangan ini dapatlah dititik beratkan makin
maju ratio manusia makin tinggi pula tingkat pengertian-pengertian mengenai
Tuhan dan tingkat pemenuhan hidup manusia lahir dan batinnya.
Sesuai dengan perkembangan pengertian-pengertian manusia, maka pengertian
Tuhanpun berbeda-beda menurut perkembangan dan kemajuan tingkat hidup
manusia. Mula-mula pengertian bahwa dalam batu-batu besar tempat
Tuhannya, maka mereka memuja-muja batu, matahari dan lain-lain. Kemudian
karena adanya suatu kekuatan pada benda-benda diluar kekuatan manusia,
misalnya Keris pusaka maka menganggap bahwa tenaga-tenaga itulah yang
melindungi dan disembah dan dipuja.
Karena kemajuan cara menjadi mata pencaharian yaitu pertanian mereka mulai
menggambar-gambarkan Tuhannya yang bentuknya sebagai seorang wanita
yang sangat cantik sekali, misalnya Dewi Sri. Akhirnya karena kemajuan cara
berfikir, manusia makin maju pula pengertian Tuhannya, sudah menganggap
Tuhan itu gaib, abstrak dan tidak berwujud. Dianggap sebagai badan-badan
halus karena kehalusan-kehalusannya, maka tidak kelihatan dan menimbulkan
perasaan luhur. Bahkan sebaliknya karena kemajuan pikiran-pikiran manusia,
akhirnya manusia karena selalu banyak kebutuhan-kebutuhan jasmani,
sedangkan otak manusia dapat mengatasinya, bahkan ada manusia-manusia
yang dapat membuat petir, telur mereka merasa congkak bahwa merekalah
menyebut dirinya Tuhan. Inilah kesesatan manusia yang selalu
mengembangkan dan menuruti dorongan-dorongan, perasaan (angkara murka)
dan hanya mementingkan kebutuhan-kebutuhan jasmani sehingga lupa pada
panggilan hati nurani dan lebih dari itu lupa pada Tuhannya. Sehingga kadang kadang lupa pada perikemanusiaan, misalnya : pembuatan bom-bom atom
untuk memusnahkan sesama manusia. Yang sebenarnya segala yang ada
didunia ini untuk kepentingan manusia dan untuk kebahagiaan umat manusia.
Inilah yang disebut gangguan-gangguan badan halus yang selalu mengganggu
manusia untuk berbuat buruk dengan menuruti perasaan (nafsu-nafsu)
disamping ada pula gangguan yang bersifat baik.

4.3 Badan-badan halus
Setelah manusia mengenal kehalusan sifat-sifat Tuhan, maka didunia inipun ada
pula sifat badan-badan halus ialah suatu badan atau golongan yang sudah tidak
memiliki lagi badan (jasmani) untuk hidup. Badan-badan ini tinggal memiliki
rohnya saja akan tetapi masih memiliki sifat-sifat serta watak-watak ingin hidup
terus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani (nafsu-nafsu). Badan
inilah yang selalu mengganggu manusia untuk berbuat tindakan yang buruk,
karena pada masa hidupnya selalu menuruti nafsu dan lupa pada Tuhannya.
Sehingga mereka tak akan kembali pada Tuhan Yang Maha Suci akan tetapi
selalu ingin hidup didunia terus, dan menganggap badan-badan itu masih
berkuasa dengan menunjukan kekuasaan-kekuasaan saja yang mengakibatkan
ia tidak dapat kembali pada asalnya yaitu Tuhan Yang Maha Suci.
Apabila manusia pada masa hidupnya lupa kepada asal-usulnya dan tidak lagi
mengenal pada Tuhannya, hal ini biasanya akan terjadi pada manusia-manusia
yang selalu mementingkan kepada hidup keduniawian saja dengan tanpa
diimbangi dari mana benda-benda itu diperoleh dan diberi jalan.
Sudah menjadi tabiat manusia pada umumnya, ia akan ingat pada Tuhannya
setelah menanggung penderitaan-penderitaan.
Penderitaan-penderitaan sebenarnya hanyalah merupakan pertanda / suatu
cemati agar manusia yang sudah lupa agar teringat lagi pada Tuhannya. Pada
masa-masa inilah badan-badan halus itu akan memberi gangguan-gangguan /
godaan-godaan agar manusia itu lupa pada Tuhannya.
Karena sifat-sifat dan jenisnya abatrak / gaib itu, maka bagi manusia tak akan
terasa pengaruhnya, hanya mengetahui akibat-akibatnya. Hal inilah yang
menyebabkan kesadaran manusia itu akan lenyap digantikan dengan sifat-sifat
angkara murka akan tetapi dapatlah manusia-manusia itu akan sadar kembali
dan yakin dengan melalui ajaran-ajaran dan pembuktian disertai kenyataankenyataan
setelah mengenal dan menjadi warga Perjalanan Tri Luhur.

4.4 Kegaiban
Gaib artinya abstrak atau tidak dapat diketahui oleh alat panca indra manusia.
Pengaruh dari kegaiban-kegaiban sajalah yang dapat diketahui oleh manusia hidup didunia dengan adanya kekuatan-kekuatan yang ada diluar kekuasaan
manusia. Sebabnya kegaiban itu baru diketahui, setelah manusia meninggal
dunia dimana rohnya keluar dari jasadnya, maka roh itu sudah berada dalam
alam gaib (tak kelihatan).
Karena itu kegaiban membutuhkan suatu cara pengetahuan yang tidak kelihatan
(gaib), manusiapun dapat mengetahui kegaiban didunia ini dengan jalan banyak
menjalankan tugas-tugas keluhuran. Karena berbuat keluhuran itu sukar dan
tak mau menjalankan maka sudah semestinya untuk mengetahui barang-barang
/ benda-benda gaibpun sukar tercapai pula. Maka dari itu banyak orang
mengatakan bahwa untuk barang-barang gaib itu sangat gawat bahkan ada yang
mengatakan itu adalah wadi (Rahasia).
Yang sebenarnya hal itu tidaklah perlu dikemukakan, yang penting manusia
hendaknya diberi jalan dan pedoman-pedoman agar kegawatan yang penuh
rahasia dunia ini dapat diketahui dengan jelas tanpa ragu-ragu, sehingga akan
dapat menambah suatu keyakinan dan kepatuhan. Berarti pula akhirnya akan
mengenal dan mengetahui Tuhannya, dimana Tuhanpun merupakan suatu
kekuasaan dan kekuatan gaib pula.
Timbulnya suatu kekuatan-kekuatan dan kegaiban-kegaiban sebab dibutuhkan
oleh manusia dan dikehendakinya. Hal ini dapat diketahui adanya suatu
kekuatan-kekuatan gaib pada batu, kayu, keris dan sebagainya. Sehingga hanya
pengaruh dari kegaiban yang dapat diketahui oleh manusia. Kekuatan-kekuatan
tersebut pada akhirnya dapat menguasai seluruh hidup manusia, sehingga
mereka akhirnya percaya dan yakin bahwa benda-benda tersebut memberikan
suatu keuntungan pada dirinya, sehingga mereka lupa pada Tuhannya.
Diantara 1 s.d 4 tersebut diatas itu campur menjadi satu kesatuan yang akan
memberi jalan bagi manusia dalam usaha-usaha manusia untuk mencari dasardasar
keTuhanan.

4.5 KeTuhanan
Untuk dapat menuju dan bersama-sama dengan Tuhan, maka manusia harus
dapat melaksanakan perintahNya dan mengamalkan Ajaran-ajaranNya. Yang
Islam melalui Al Qur’an, yang Kristen dengan Injilnya, Tri Luhur melalui
ajaran-ajaranNya / petunjuk-petunjukNya.
Landasannya mudah yaitu percaya pada Tuhan, akhirnya manusia akan
mengenal Tuhannya dan bersama-sama dengan Tuhannya, apabila ia manusia
telah dapat berbuat dan telah dapat bertindak atas dasar-dasar kesucian yaitu
perbuatan keluhuran demi sesama umat yang asalnya dari Tuhan. Sehingga
dasar ketuhanan tidak lain :
a. Percaya pada Tuhan
b. Segala-galanya terletak ditanganNya (KekuasaanNya)
c. Hidup mati lahiriah dan rohaniah diserahkan untuk kepentingan perintahperintahNya
demi kelangsungan hidup dunia seisinya.
Keadaan tersebut di atas menimbulkan sifat-sifat tidak mementingkan diri
sendiri dan mengutamakan kemanusiaan pada umumnya dan kelanggengan
hidup tentram disertai kebenaran-kebenaran yang umum sesuai pula dengan
dasar-dasar / jeritan-jeritan dari hati nuraninya yang menghendaki kebenaran
dan perdamaian.

4.6 Sifat-sifat Alam
Alam ialah semua yang ada didunia ini beserta isi-isinya yang mempunyai sifatsifat
kenyataan-kenyataan dan riil serta dapat masuk akal. Alampun mengenal
sifat-sifat dan hukum-hukum sendiri yaitu hukum kodrat yaitu suatu perubahanperubahan
yang teratur menurut aturan-aturan yang sudah ditentukan, akan
tetapi dapat dimengerti oleh manusia dengan otak manusia (ratio).
Hukum ini pun tak dapat lepas dari yang mencipta serta Tuhanlah yang
mengaturnya. Dasar-dasar dan sifat-sifat alam itu selalu menghendaki adanya
suatu kebebasan dan hak hidup tanpa ada yang menghalang-halangi untuk dapat
mengenal dan mencapai apa yang dikehendaki yaitu tumbuh, berbunga,
berbuah kemudian mati inilah yang disebut sifat-sifat alam atau hukum-hukum
kodrat.

4.7 Persetanan
Disamping manusia itu memiliki sifat-sifat keTuhanan dan alam, akan tetapi
dari manusiapun tidak akan lepas dari pada sifat-sifat nafsu-nafsu (angkara
murka) yaitu dorongan-dorongan yang menimbulkan tindakan-tindakan diluar
dasar-dasar ketuhanan dan perikemanusiaan. Kehendak-kehendak yang
didasarkan pada kebutuhan nafsu-nafsu itu adalah sifat-sifat yang umum,
dikenal karena pengaruh setan-setan baik ciptaan Tuhan maupun buatan yang
mempengaruhi jiwa manusia untuk berbuat dan bertindak ke arah keburukan
dan kejahatan dan lebih dari itu akan berusaha menguasai dunia kejurusan
kehancuran dunia serta membelokan arah dimana manusia akan berbuat
kebenaran. Pengaruh keburukan dan kejahatan inilah yang lazim disebut
kekuatan hitam (black magic) atau ilmu persetanan.
Misalnya :
Manusia dapat menggunakan kekuatan gaib ini dengan kekebalan, keris, batubatu,
kuburan-kuburan dan sebagainya yang ada diluar kekuatan Tuhan. Kekuatan-kekuatan inilah yang menyebabkan manusia lupa pada Tuhannya
bahkan menganggap dirinya Tuhan.
Apakah ini benar ?
Akan kita bagi manusia yang telah berTuhan, akan selalu mengarahkan nafsunafsu
itu untuk perbuatan yang baik-baik saja, apalagi setiap warga Perjalanan
Tri Luhur yang selalu berpegang teguh pada janji 7 (amanat Tuhan) agar dapat
kembali pada Tuhan Yang Maha Suci.
Keteguhan dan keselarasan pelaksanaan janji 7 itu perlu, agar manusia Tri
Luhur dapat melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh / godaan-godaan dari luar
ataupun dari dalam.

.

.